Istilah ini berasal dari film Shrek yang rilis pada 2001, di mana Putri Fiona berkencan dengan seorang pria raksasa berhati mulia
SHREKKING menjadi tren baru dalam dunia percintaan. Istilah ini sering digunakan sebagai istilah untuk kencan dengan seseorang yang tidak disukai secara penampilan, dengan harapan mendapatkan perlakuan baik bak seorang putri.
Istilah ini berasal dari film Shrek yang rilis pada 2001, di mana Putri Fiona yang cantik berkencan dengan seorang pria raksasa berhati mulia dan mendapatkan kebahagiaan selamanya, menurut New York Post. Tapi, benarkah Shrekking bisa menjamin seseorang diperlakukan dengan baik?
Amy Chan, seorang pelatih kencan dan penulis Breakup Bootcamp: The Science of Rewiring Your Heart, mengatakan bahwa tren yang sedang viral ini bisa mengejutkan. Ketika orang mengikuti tren Shrekking, orang yang standarnya di bawah mungkin saja tetap menyakiti.
“Dalam alur cerita ini, Anda berkencan dengan raksasa tanpa perlakuan layaknya seorang putri,” ujar dia, seperti dilansir kepada USA Today.
Ia menambahkan bahwa orang menempatkan penampilan di urutan paling bawah dan berharap daya tarik akan tumbuh seiring waktu. Itu sendiri bukanlah hal yang buruk. Namun, itu bisa jadi bumerang karena orang berasumsi bahwa hanya karena penampilan pasangannya maka ia akan diperlakukan seperti yang diinginkan.
Chan mengatakan bahwa fakta bahwa istilah “Shrekking” digunakan menunjukkan betapa putus asanya orang-orang dalam hal berkencan. Menurut dia, kencan modern sudah begitu rumit sehingga kita butuh kata-kata baru hanya untuk menggambarkan apa yang terjadi. “Rasanya seperti kita menjadikan kesulitan berpacaran sebagai bagian dari percakapan publik, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terjadi.”
Penampilan vs Karakter
Kenyataannya, penampilan dan karakter tidak saling terkait. Jika seseorang berperilaku buruk maka seharusnya dianggap tidak menarik, terlepas dari penampilannya, ujar Emma Hathorn, pakar hubungan di Seeking.com.
Shrekking juga mungkin membuat orang enggan berkencan dengan seseorang yang penampilannya berbeda dari tipe mereka karena takut tidak akan berhasil. Padahal itu belum tentu benar.
“Idenya adalah Anda melangkah keluar dari zona nyaman, tetapi alih-alih dihargai, Anda malah menyesali pengalaman itu,” kata Hathorn.
Bagaimana Jika Mengalami?
Jika menjadi orang yang “di-Shrek”, Chan berpesan untuk tidak menyerah atau kembali ke kebiasaan lama. Tren ini bisa jadi kesempatan untuk mencari tahu apa saja hal yang tidak bisa ditawar bagi calon pasangan, terlepas dari penampilan.
“Ketertarikan fisik memang penting dalam hubungan romantis, tetapi seharusnya tidak menjadi prediktor terbalik untuk perlakuan baik seperti yang diasumsikan sebagian orang,” kata dia.